Sebagai institusi pendidikan tertua di Indonesia, pesantren memiliki segudang nilai-nilai yang belum begitu dieksplore oleh kalangan internal pesantren sendiri. Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, kita telah melihat bagaimana kontribusi nyata Pesantren dalam melahirkan pemimpin seperti KH. Sholeh Bahruddin yang berkarakter, kuat,militan, penuh integritas, gigih, visioner, pantang menyerah dan ikhlas dalam berjuang. Kontribusi tersebut tidak berhenti pada masa perjuangan bangsa, melainkan hingga dewasa ini, pimpinan institusi tertinggi negara banyak yang dipimpin oleh tokoh nasional dengan latar belakang pesantren.
Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam telah cukup jelas, berdasarkan pada tujuan dan orientasinya yang digali dari rujukan literature-literatur Islam. Pesantren tumbuh dan berkembang atas cita-cita agama yakni membimbing manusia sesuai dengan fitrahnya agar tercapai keselamatan dunia akhirat. Tapi dalam perjalanannya mungkin saja akan hilang manakala motif dan corak keagamaannya hilang. Dalam hal ini, dapat kita lihat dari makin berkurangnya para santri yang berminat menimba ilmu pengetahuan keagamaan di pesantern. Sebagaimana yang digambarkan oleh KH. Sholeh Bahruddin dalam Pendidikan dan Pesantren, bahwa peran pesantren sendiri dirasakan sangat sedikit yang memang benar-benar menjadi institusi yang mampu menghantarkan para santrinya agar memiliki kedalaman ilmu pengetahuan keagamaan.
Kondisi yang demikian menghantarkan pondok pesantren-pondok pesantren tidak lebih hanya sebagai museum reservium kelembagaan Islam, dan sekedar menjadi konsumsi para turis yang sedang berwisata ke Indonesia, ia tidak lagi menjadi pilar bagi tegaknya moralitas dan spiritualitas masyarakat. Oleh karena itu berdasar pendapat KH. Sholeh Bahruddin dalam Pendidikan dan Pesantren, pembenahan dalam pendidikan pesantren sudah harus dilakukan mulai saat ini dan seterusnya, mulai dari pembenahan kurikulum, metode sampai strategi aplikatif untuk mengamalkan pendidikan pesantren ke dalam kehidupan riil masyarakat. Dengan tetap berpijak pada kaidah al akhdu alal qodimis sholih wal akhdu bil jadidil aslah, hal ini juga sejalan dengan pendapat John Dewey yang mengatakan bahwa dalam pembelajaran harus bergantung pada ide atau sesuatu yang berlangsung dari luar dirinya atau disesuaikan dengan kebutuhan .
Secara umum, tujuan pendidikan pesantren ini meliputi fungsi antara lain :
1. Mengkaji ilmu-ilmu agama khususnya ilmu-ilmu klasik (kitab kuning) dan mengamalkan ke dalam
masyarakat.
2. Membentuk manusia muslim yang dapat melakukan ibadah mahdlah
3. Membentuk santri yang bertanggung jawab kepada masyarakat dan bangsanya dalam rangka
bertanggung jawab kepada Allah SWT.
4. Menjaga sekaligus melestarikan tradisi keagamaan yang lama dan menerima pembaruan-pembaruan
yang lebih konstruktif bagi pengembangan santri dan lainnya.
Berbicara banyak tentang pendidikan pesantren, maka akan menunjukkan setiap masing-masing karakteristiknya. Seperti halnya KH. Sholeh Bahruddin dalam Pendidikan dan Pesantren yang di dermakan pada pendidikan pondok pesantren Ngalah. Di sana santri tidak hanya mendapatkan pengajaran kitab-kitab klasik saja namun santri juga memperoleh pengetahuan yang telah dijadikan kecakapan hidup tersendiri ketika si santri berhadapan langsung dengan masyarakat riil.
Pondok pesantren Ngalah merupakan salah satu dari sekian banyak pondok yang ada di Jawa Timur. Ia adalah sebuah bagian dari lembaga pendidikan yang berada pada naungan Yayasan Darut Taqwa. KH. Sholeh Bahruddin dalam Pendidikan dan Pesantren berusaha memberikan warna pada institusi pendidikan pesantren tradisional yang dipadukan dengan pendidikan modern yang berdiri pada tahun 1985 M dan bertempat di Pasuruan. Perkembangan pendidikan pesantren ditentukan dari perspektif sang kiyai dalam memahami tentang pendidikan. Dalam hal ini, pondok pesantren Ngalah di asuh KH. Sholeh Bahrudin dan berangkat dari sini, penulis tertarik untuk mendiskripsikan tentang biografi beliau serta pemikirannya terkait dengan pendidikan pesantren.
KH. Sholeh Bahruddin Pendidikan dan Pesantren
Di tengah krisis moral yang membuat banyak warga negeri ini seperti putus asa dan kehilangan harapan, dunia pendidikan pesantren semakin terpanggil untuk berusaha memainkan peran membangkitkan kesadaran kebangsaan ketika banyak orang lebih peduli pada kelompoknya sendiri. Peran yang dimainkan oleh pendidikan pesantren dan para santrinya ini, tentu saja harus diikuti dengan pembenahan kependidikannya dan dengan semakin meningkatkan dinamika internal kepesantrenannya sebagaimana KH. Sholeh Bahruddin dalam Pendidikan dan Pesantren. Disatu pihak, pesantren niscaya melakukan adaptasi terhadap kemajuan-kemajuan baik dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang salah satunya terwujud dalam pesatnya arus informasi. Di pihak lain, pendidikan pesantren niscaya merespons khazanah sosial-keagamaan dan sekaligus menjaga tradisi-tradisi lama yang telah ada.Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam telah cukup jelas, berdasarkan pada tujuan dan orientasinya yang digali dari rujukan literature-literatur Islam. Pesantren tumbuh dan berkembang atas cita-cita agama yakni membimbing manusia sesuai dengan fitrahnya agar tercapai keselamatan dunia akhirat. Tapi dalam perjalanannya mungkin saja akan hilang manakala motif dan corak keagamaannya hilang. Dalam hal ini, dapat kita lihat dari makin berkurangnya para santri yang berminat menimba ilmu pengetahuan keagamaan di pesantern. Sebagaimana yang digambarkan oleh KH. Sholeh Bahruddin dalam Pendidikan dan Pesantren, bahwa peran pesantren sendiri dirasakan sangat sedikit yang memang benar-benar menjadi institusi yang mampu menghantarkan para santrinya agar memiliki kedalaman ilmu pengetahuan keagamaan.
Kondisi yang demikian menghantarkan pondok pesantren-pondok pesantren tidak lebih hanya sebagai museum reservium kelembagaan Islam, dan sekedar menjadi konsumsi para turis yang sedang berwisata ke Indonesia, ia tidak lagi menjadi pilar bagi tegaknya moralitas dan spiritualitas masyarakat. Oleh karena itu berdasar pendapat KH. Sholeh Bahruddin dalam Pendidikan dan Pesantren, pembenahan dalam pendidikan pesantren sudah harus dilakukan mulai saat ini dan seterusnya, mulai dari pembenahan kurikulum, metode sampai strategi aplikatif untuk mengamalkan pendidikan pesantren ke dalam kehidupan riil masyarakat. Dengan tetap berpijak pada kaidah al akhdu alal qodimis sholih wal akhdu bil jadidil aslah, hal ini juga sejalan dengan pendapat John Dewey yang mengatakan bahwa dalam pembelajaran harus bergantung pada ide atau sesuatu yang berlangsung dari luar dirinya atau disesuaikan dengan kebutuhan .
Secara umum, tujuan pendidikan pesantren ini meliputi fungsi antara lain :
1. Mengkaji ilmu-ilmu agama khususnya ilmu-ilmu klasik (kitab kuning) dan mengamalkan ke dalam
masyarakat.
2. Membentuk manusia muslim yang dapat melakukan ibadah mahdlah
3. Membentuk santri yang bertanggung jawab kepada masyarakat dan bangsanya dalam rangka
bertanggung jawab kepada Allah SWT.
4. Menjaga sekaligus melestarikan tradisi keagamaan yang lama dan menerima pembaruan-pembaruan
yang lebih konstruktif bagi pengembangan santri dan lainnya.
Berbicara banyak tentang pendidikan pesantren, maka akan menunjukkan setiap masing-masing karakteristiknya. Seperti halnya KH. Sholeh Bahruddin dalam Pendidikan dan Pesantren yang di dermakan pada pendidikan pondok pesantren Ngalah. Di sana santri tidak hanya mendapatkan pengajaran kitab-kitab klasik saja namun santri juga memperoleh pengetahuan yang telah dijadikan kecakapan hidup tersendiri ketika si santri berhadapan langsung dengan masyarakat riil.
Pondok pesantren Ngalah merupakan salah satu dari sekian banyak pondok yang ada di Jawa Timur. Ia adalah sebuah bagian dari lembaga pendidikan yang berada pada naungan Yayasan Darut Taqwa. KH. Sholeh Bahruddin dalam Pendidikan dan Pesantren berusaha memberikan warna pada institusi pendidikan pesantren tradisional yang dipadukan dengan pendidikan modern yang berdiri pada tahun 1985 M dan bertempat di Pasuruan. Perkembangan pendidikan pesantren ditentukan dari perspektif sang kiyai dalam memahami tentang pendidikan. Dalam hal ini, pondok pesantren Ngalah di asuh KH. Sholeh Bahrudin dan berangkat dari sini, penulis tertarik untuk mendiskripsikan tentang biografi beliau serta pemikirannya terkait dengan pendidikan pesantren.
0 Response to "KH. Sholeh Bahruddin (Biografi dan Pemikirannya dalam Pendidikan Pesantren)"
Post a Comment