Dinasti-Dinasti yang Memerdekakan Diri Dari Baghdad
Ketika kekuasaan khalifah ‘Abba>siyah mencapai puncaknya, pemerintahan yang efektif masih terbatas jangkauannya. Pemerintahan utama eksis di kota-kota dan daerah produktif di sekitarnya. Sementara wilayah yang lain benar-benar tidak terjamah.
Khalifah di Baghdad tetap berusaha mengontrol mereka, tatapi ia tidak dapat mencegah beberapa gubernur yang meningkatkan kedudukannya sendiri sampai pada titik dimana mereka dapat membagi kekuasaan pada keluarganya sendiri, sembari tetap-setidaknya pada hal-hal prinsipil- setia pada kepentingan utama penguasa di pusat. Dalam kerangka inilah, dinasti kecil tumbuh berkembang.
Pembahasan tentang dinasti-dinasti kecil secara garis besar dapat dibagi berdasarkan wilayahnya, yaitu di bagian timur dan dibagian barat Baghdad. Dinasti-dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khalifah‘Abba>siyah diantaranya adalah :
1.Yang berbangsa Persia :
a. T}ahiriyah di Khuras>an (205-259 H/820-872 M)
b. Saffariyah di Fars (254-290 H/868-901 M)
c. Samaniyah di Transoxania (261-289 H/873-998 M)
d. Sajiyyah di Azerbeijan (266-318 H/878-930 M)
e. Buwayhiyah bahkan menguasai Baghdad (320-447 H / 932-1055 M)
2.Yang berbangsa Turki
a.T}uluniyah di Mesir (254-292 H/837-903 M)
b.Ikhsyidiyah di Turkistan (320-560 H/932-1163 M)
c.G}aznawiyah di Afganistan (351-585 H/962-1189 M)
d.Dinasti Seljuk dan cabang-cabangnya
Seljuk besar atau Seljuk agung (429-522 H/1037-1127 M)
Seljuk Kirma}n di Kirma}n (433-583 H/1040-1187 M)
Seljuk Syiria atau Sya>m di Syiria (487-511 H/1094-1117 M)
Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan (511-590 H/1117-1194 M)
Seljuk Ru>m atau Asia kecil di Asia kecil (470-700 H/1077-1299 M)
3.Yang berbangsa Kurdi
a. Al-Barzuqaniy (348-406 H/959-1015 M)
b. Abu Ali ((380-489 H/990-1095 M)
c. Ayyu>biyah (564- 648 H/1167-1250 M)
4.Yang berbangsa Arab
a. Idrisiyah di maroko (172-375 H/788-985 M)
b. Ag}labiyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M)
c. Dulafiyah di Kurdistan (210-285 H/825-898 M)
5.Yang mengaku dirinya sebagai khalifah
a. Umawiyah di Spanyol
b. Fathimiyah di Mesir
Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya sudah mulai terjadi di akhir zaman bani ‘Umayyah. Terlihat perbedaan antara pemerintahan bani ‘Umayyah dengan pemerinatahan bani ‘Abba>s. Wilayah kekuasaan bani ‘Umayyah, mulai dari awal berdirinya sampai masa keruntuhanya, sejajar dengan batas wilayah kekuasaan Islam. Ada kemungkinan bahwa para khalifah ‘Abba>siyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari propinsi-propinsi tertentu. Dengan pembiayaan upeti. Alasanya, pertama mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk kepadanya, kedua, penguasa bani ‘Abba>s lebih menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan dari pada politik dan ekspansi.
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada persoalan politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa bani ‘Abba>s, dengan berbagai cara diantaranya pemberontakan yang dilakukan oleh pemimpin lokal dan mereka berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulah ‘Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko. Seseorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah, kedudukanya semakin bertambah kuat, seperti daulah Ag}labiyah di Tunisia dan T}ahiriyah di Khurasa>n.
Kecuali bani ‘Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko, provinsi-provinsi itu pada mulanya patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah mampu mengatasi pergolakan yang muncul.
Namun, saat wibawa khalifah sudah memudar mereka melepaskan diri dari Baghdad. Mereka tidak hanya menggerogogoti kekuasaan, bahkan diantara mereka ada yang berusaha mengusai khalifah itu sendiri.
Menurut Watt, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani ‘Abba>s mulai terlihat sejak awal abad kesembilan.
Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya teryata menjadi ancaman besar terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi pada periode pertama pemerintahan dinasti ‘Abba>siyah, sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu’u arabiyah (kebangsaan/anti Arab). Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik, disamping persoalan-persoalan keagamaan.
Nampaknya, para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam hampir semua segi kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh menghapuskan fanatisme tersebut, bahkan ada diantara mereka yang justru melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan keagamaan itu.
Secara sistematis, Faktor yang mendorong berdirinya dinasti kecil yaitu :
1. Persaingan jabatan khalifah di antara keluarga raja
2. Sikap ‘as}abiyah antara keturunan arab dan Persia (syu’ubiyah qabi>lah).
3. Persaingan kekuasaan antara Bani Ha>syim dan Bani ‘Umayyah dan munculnya Bani Ali.
Sebagaimana disebutkan dalam Ta>ri}kh al-Haz}a>rah al-Islamiyah al-Masyriq, persaingan ini dapat
dipandang sebagai suatu kemunduran, namun tidak salah pula bila dikatakan perpecahan ini merupakan
pemacu berkembangnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam dunia Islam, seperti persaingan
antara Baghdad yang ‘Abba>siyah dengan Cordoba, pusat ‘Umawiyyah II.
4. Banyaknya goncangan politik, dimanfaatkan oleh para keluarga yang mempunyai kekuasaan di daerah.
Otoritas politik berpindah pada keluarga buwaihi dan sultan-sultan turki. Khalifah ‘Abba>siyah hanya
memegang kekuasaan yang hanya bersifat spiritual.
1. Latar belakang munculnya dinasti kecil di barat Baghdad adalah keinginan melapaskan diri dari ikatan
Baghdad, karena memiliki sifat dan tujuan yang berbeda, yaitu persaingan antara bani Ha>syim dan bani
‘Umayyah atau bani ‘Abba>siyah dengan ‘Alawiyah.
2. Munculnya dinasti kecil di timur Baghdad bukan untuk memisahkan diri dari kekuasaan Baghdad,
menentang dan menandinginya. Dinasti kecil di timur Baghdad tetap mempertahankan ikatan dan struktur
lama dengan pemerintahan pusat di Baghdad dengan menyatakan tuduk pada kekuasaan khalifah.
Ketika kekuasaan khalifah ‘Abba>siyah mencapai puncaknya, pemerintahan yang efektif masih terbatas jangkauannya. Pemerintahan utama eksis di kota-kota dan daerah produktif di sekitarnya. Sementara wilayah yang lain benar-benar tidak terjamah.
Dinasti-Dinasti Kecil di Barat dan Timur Baghdad
Pada Kekuasaan ‘Abba>siyah
Seiring dengan berjalannya waktu, otoritas khalifah pun terperangkap dalam dilema sistem pemerintahan yang sentralistis dan birokratis. Agar dapat memerintah provinsinya yang jauh, khalifah harus memberikan wewenang pada gubernurnya guna mengumpulkan dan menggunakan sebagian pendapatan untuk menghidupi militer lokal.Khalifah di Baghdad tetap berusaha mengontrol mereka, tatapi ia tidak dapat mencegah beberapa gubernur yang meningkatkan kedudukannya sendiri sampai pada titik dimana mereka dapat membagi kekuasaan pada keluarganya sendiri, sembari tetap-setidaknya pada hal-hal prinsipil- setia pada kepentingan utama penguasa di pusat. Dalam kerangka inilah, dinasti kecil tumbuh berkembang.
Pembahasan tentang dinasti-dinasti kecil secara garis besar dapat dibagi berdasarkan wilayahnya, yaitu di bagian timur dan dibagian barat Baghdad. Dinasti-dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khalifah‘Abba>siyah diantaranya adalah :
1.Yang berbangsa Persia :
a. T}ahiriyah di Khuras>an (205-259 H/820-872 M)
b. Saffariyah di Fars (254-290 H/868-901 M)
c. Samaniyah di Transoxania (261-289 H/873-998 M)
d. Sajiyyah di Azerbeijan (266-318 H/878-930 M)
e. Buwayhiyah bahkan menguasai Baghdad (320-447 H / 932-1055 M)
2.Yang berbangsa Turki
a.T}uluniyah di Mesir (254-292 H/837-903 M)
b.Ikhsyidiyah di Turkistan (320-560 H/932-1163 M)
c.G}aznawiyah di Afganistan (351-585 H/962-1189 M)
d.Dinasti Seljuk dan cabang-cabangnya
Seljuk besar atau Seljuk agung (429-522 H/1037-1127 M)
Seljuk Kirma}n di Kirma}n (433-583 H/1040-1187 M)
Seljuk Syiria atau Sya>m di Syiria (487-511 H/1094-1117 M)
Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan (511-590 H/1117-1194 M)
Seljuk Ru>m atau Asia kecil di Asia kecil (470-700 H/1077-1299 M)
3.Yang berbangsa Kurdi
a. Al-Barzuqaniy (348-406 H/959-1015 M)
b. Abu Ali ((380-489 H/990-1095 M)
c. Ayyu>biyah (564- 648 H/1167-1250 M)
4.Yang berbangsa Arab
a. Idrisiyah di maroko (172-375 H/788-985 M)
b. Ag}labiyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M)
c. Dulafiyah di Kurdistan (210-285 H/825-898 M)
5.Yang mengaku dirinya sebagai khalifah
a. Umawiyah di Spanyol
b. Fathimiyah di Mesir
Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya sudah mulai terjadi di akhir zaman bani ‘Umayyah. Terlihat perbedaan antara pemerintahan bani ‘Umayyah dengan pemerinatahan bani ‘Abba>s. Wilayah kekuasaan bani ‘Umayyah, mulai dari awal berdirinya sampai masa keruntuhanya, sejajar dengan batas wilayah kekuasaan Islam. Ada kemungkinan bahwa para khalifah ‘Abba>siyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari propinsi-propinsi tertentu. Dengan pembiayaan upeti. Alasanya, pertama mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk kepadanya, kedua, penguasa bani ‘Abba>s lebih menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan dari pada politik dan ekspansi.
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada persoalan politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa bani ‘Abba>s, dengan berbagai cara diantaranya pemberontakan yang dilakukan oleh pemimpin lokal dan mereka berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulah ‘Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko. Seseorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah, kedudukanya semakin bertambah kuat, seperti daulah Ag}labiyah di Tunisia dan T}ahiriyah di Khurasa>n.
Kecuali bani ‘Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko, provinsi-provinsi itu pada mulanya patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah mampu mengatasi pergolakan yang muncul.
Namun, saat wibawa khalifah sudah memudar mereka melepaskan diri dari Baghdad. Mereka tidak hanya menggerogogoti kekuasaan, bahkan diantara mereka ada yang berusaha mengusai khalifah itu sendiri.
Menurut Watt, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani ‘Abba>s mulai terlihat sejak awal abad kesembilan.
Dinasti-Dinasti Kecil di Barat dan Timur Baghdad
Pada Kekuasaan ‘Abba>siyah
Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin yang memiliki kekuatan militer di propinsi-propinsi tertentu yang membuat mereka benar-benar independen. Kekuatan militer ‘Abba>siyah waktu itu mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa ‘Abba>siyah mempekerjakan orang-orang profesional di bidang kemiliteran, khususnya tentara Turki dengan sistem perbudakan.Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya teryata menjadi ancaman besar terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi pada periode pertama pemerintahan dinasti ‘Abba>siyah, sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu’u arabiyah (kebangsaan/anti Arab). Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik, disamping persoalan-persoalan keagamaan.
Nampaknya, para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam hampir semua segi kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh menghapuskan fanatisme tersebut, bahkan ada diantara mereka yang justru melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan keagamaan itu.
Secara sistematis, Faktor yang mendorong berdirinya dinasti kecil yaitu :
1. Persaingan jabatan khalifah di antara keluarga raja
2. Sikap ‘as}abiyah antara keturunan arab dan Persia (syu’ubiyah qabi>lah).
3. Persaingan kekuasaan antara Bani Ha>syim dan Bani ‘Umayyah dan munculnya Bani Ali.
Sebagaimana disebutkan dalam Ta>ri}kh al-Haz}a>rah al-Islamiyah al-Masyriq, persaingan ini dapat
dipandang sebagai suatu kemunduran, namun tidak salah pula bila dikatakan perpecahan ini merupakan
pemacu berkembangnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam dunia Islam, seperti persaingan
antara Baghdad yang ‘Abba>siyah dengan Cordoba, pusat ‘Umawiyyah II.
4. Banyaknya goncangan politik, dimanfaatkan oleh para keluarga yang mempunyai kekuasaan di daerah.
Otoritas politik berpindah pada keluarga buwaihi dan sultan-sultan turki. Khalifah ‘Abba>siyah hanya
memegang kekuasaan yang hanya bersifat spiritual.
Dinasti-Dinasti Kecil di Barat dan Timur Baghdad
Pada Kekuasaan ‘Abba>siyah
Perbedaan yang mencolok antara perkembangan dinasti kecil di timur dan di barat Baghdad adalah :1. Latar belakang munculnya dinasti kecil di barat Baghdad adalah keinginan melapaskan diri dari ikatan
Baghdad, karena memiliki sifat dan tujuan yang berbeda, yaitu persaingan antara bani Ha>syim dan bani
‘Umayyah atau bani ‘Abba>siyah dengan ‘Alawiyah.
2. Munculnya dinasti kecil di timur Baghdad bukan untuk memisahkan diri dari kekuasaan Baghdad,
menentang dan menandinginya. Dinasti kecil di timur Baghdad tetap mempertahankan ikatan dan struktur
lama dengan pemerintahan pusat di Baghdad dengan menyatakan tuduk pada kekuasaan khalifah.
0 Response to "Dinasti-Dinasti Kecil di Barat dan Timur Baghdad Pada Kekuasaan ‘Abba>siyah"
Post a Comment